Adhe_Blazzerikers
Rabu, 28 Maret 2012
Fisiologi Sistem Pencernaan
28 maret 2012
Fisiologi Sistem Pencernaan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.
Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel. Secara umum sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar, yaitu:
1. Motilitas
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Otot polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut tonus. Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar motilitas pencernaan:
- Gerakan propulsif (mendorong) yaitu gerakan memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi yang dilaksanakan oleh setiap organ pencernaan.
- Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, mencampur makanan dengan getah pencernaan. Kedua, mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus). Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf dan hormon sesuai.
3. Pencernaan
Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjad struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim. Manusia mengonsumsi tiga komponen makanan utama, yaitu:
- Karbohidrat
- Lemak
- Protein
Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan menambahkan H2O di tempat ikatan, lalu enzim akan memutuskan ikatan tersebut sehinggan molekul-molekul kecil menjadi bebas.
4. Penyerapan
Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan molekul-molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan berhenti dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.
Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan panjang sekitar 30 kaki (9 m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh menuju ke anus. Pengaturan fungsi saluran pencernaan bersifat kompleks dan sinergistik. Terdapat empat faktor yang berperan dalam pengaturan fungsi pencernaan, yaitu:
- Fungsi otonom otot polos
- Pleksus saraf intrinsik
- Saraf ekstrinsik
- Hormon saluran pencernaan
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi (mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah (1) menggiling dan memecah makanan; (2) mencampur makanan dengan air liur; dan (3) merangsang papil pengecap. Ketika merangsang papil pengecap maka akan menimbulkan sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva terkandung protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi saliva dalam proses pencernaan adalah:
- Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase.
- Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan adanya mukus sebagai pelumas.
- Memiliki efek antibakteri oleh lisozim.
- Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap.
- Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies.
- Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring.
- Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yang mendorong bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk mencapai ujung esofagus.
- Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan lambung dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter
- Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung, makanan yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan secara bertahap akan disalurkan dari korpus ke antrum.
- Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan gerakan retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di antrum akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus.
- Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum menyebabkan juga gaya pendorong untuk mengosongkan lambung.
- HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. Fungsi HCL dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen menjadi pepsin dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan mikroorganisme dalam makanan.
- Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalami penguraian oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk.
- Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada mukosa lambung.
- Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitamin B12 penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12 tidak dapat diserap.
- Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yang mensekresikan gastrin.
Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat berlangsungnya pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu:
- Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzim-enzim pankreas. Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak.
- Jejenum (2,5 m/ 8 kaki)
- Ileum (3,6 m/12 kaki)
- Segmentasi: merupakan proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Kontraksi segmental mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan ke depan karena frekuensi segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus. Kecepatan segmentasi di duodenum adalah 12 kontraksi/menit, sedangkan kecepatan segmentasi di ileum adalah 9 kontraksi/menit. Segmentasi lebih sering terjadi di bagian awal usus halus daripada di bagian akhir, maka lebih banyak kimus yang terdorong ke depan daripada ke belakang. Akibatnya, kimussecara perlahan bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama proses ini kimus mengalami proses maju mundur sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.
- Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka proses segmentasi akan berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan “menyapu” bersih usus diantara waktu makan.
Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses akan dikeluarkan oleh refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus internus (terdiri dari otot polos) untuk melemas dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi. Peregangan awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid defekasi biasanya dibantu oleh mengejan volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi tertutup sehingga meningkatkan tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran feses.
Adhe_Blazzerikers
Minggu, 25 Maret 2012
Ada empat macam bentuk dada di mana keempat bentuk ke empat bentuk dada ini berhubungan dengan gangguan pernapasan. Adapun keempat bentuk dada ini yaitu:
1. Barrel Chest (Dada Barel) : Bentuk dada yang menyerupai barel, hal itu terjadi karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Penyakit yang bermanifestasikan barrel chest ini misalnya asma berat dan PPOK (jenis emfisema). Umumnya di temukan di pria
1. Barrel Chest (Dada Barel) : Bentuk dada yang menyerupai barel, hal itu terjadi karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Penyakit yang bermanifestasikan barrel chest ini misalnya asma berat dan PPOK (jenis emfisema). Umumnya di temukan di pria
2. Funnel Chest (Dada Corong) : Bentuk
dada ini terjadi ketika adanya gangguan (defek) perkembangan tulang
paru yang menyebabkan depresi ujung bawah sternum (tulang tengah di
dada). Pada bentuk dada seperti ini rentan terjadi penekanan jaringan
terhadap jantung dan pembuluh darah besar, sehingga murmur (suara
bising) pada jantung sering terjadi. Funnel chest dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets atau sindrom marfan.
3. Pigeon Chest (Dada Merpati) :
Bentuk dada ini terjadi ketika ada pergeseran yang menyebabkan
"lengkungan keluar" pada sternum dan tulang iga. Pada keadaan ini juga
terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Pigeon chest dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets, sindrom marfan, atau kifoskoliosis berat.
4. Khyposcoliosis : Keadaan
ini ditandai dengan elevasi skapula dan spina berbentuk huruf 'S'
sesuai namanya yang terdiri dari kifosis (tulang belakang ke arah
depan) dan skoliosis (ke arah samping). Kifoskoliosis yang berat dapat
mengurangi kapasitas paru dan meningkatkan kerja pernapasan. Bentuk
dada ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio(- mielitis)
atau sebagai manifestasi dari sindrom marfan.
Adhe_Blazzerikers
Jumat, 23 Maret 2012
Tingkat Kesadaran
( Macam-macam Tingkat Kesadaran )
Tingkat kesadaran
adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan
menjadi :
- Compos Mentis
(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
- Apatis,
yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
- Delirium,
yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
- Somnolen
(Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
- Stupor (soporo
koma), yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
- Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran
dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan
kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran
darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran
memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular
mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan
angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur
status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan
salah satu bagian dari vital sign.
Penyebab Penurunan
Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran
mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika
otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti
pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis)
; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis;
pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan
tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi
(encephalitis); epilepsi.
Mengukur Tingkat
Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur
tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow
Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek
membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran
dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera
kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan
sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert),
berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri
(pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana
dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu
skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness),
bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan
tidak ada respon (unresponsiveness).
Adhe_Blazzerikers
Mengukur
Tanda-tanda vital (vital sign)
PENGERTIAN
Pemeriksaan tanda vital adalah
merupakan suatau cara untuk mendektesi adanya perubahan sistem tubuh.
Tanda vital meliputi : tekanan
darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan. Tanda vital mempunyai
nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka
mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh.
Misal suhu tubuh meningkat berarti
ada metabolisme yang terjadi dalam tubuh atau sebagai respon imun tehadap
bakteri dan virus. atau jika denyut nadi meningkat maka pasti ada perubahan
pada sisitem kardiovaskuler dan seterusnya.
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital
yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien
saat dirawat. Tindakkan ini bukan hanya sekedar rutinitas perawat tetapi merupakkan tindakkan pengawasan
terhadap perubahan/gangguan sistem tubuh selama dirawat. Pada prinsipnya
pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan yang
lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih ketat pada
pasien dengan kegawat daruratan di banding dengan pasien yang tidak mengalami
kegawat daruratan/kritis.
B. PERSIAPAN ALAT SECARA UMUM
Alat-alat yang harus dipersiapkan
sebelum melaksanakan tindakan:
1. Sfigmomanometer (tensimeter)
-
Model air raksa atau jarum
2. Arloji (jam tangan)
3. Thermometer (pengukur suhu).
4. Stetoscop
C. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN TINDAKAN
-
Tahap memulai tindakkan dapat
dimulai dari: Pengukuran suhu, Pemeriksaan denyut nadi, Pemeriksaan pernafasan,
Pemeriksaan tekanan darah.
1. Pengukuran suhu secara manual
§
Tujuan:
-
Pengukuran suhu tubuh untuk
mengetahui rentang suhu tubuh tiap waktu pengkajian.
§
Persiapan alat:
-
Thermometer air raksa ( aksila, oral
dan rectal)
-
Tissu kering
-
Bengkok
-
Vaselin (untuk pengkajian suhu
rektal)
-
Botol disinfektan, ada 3 jenis
bahan:
1) Berisi larutan lisol 2%
2) Berisi larutan sabun
3) Berisi air bersih
§
Prosedur pelaksanaan:
Ø
Pemeriksaan suhu melalui oral
-
Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
-
Cuci tangan
-
Gunakan sarung tangan (handscond)
-
Mengatur posisi klien (duduk)
-
Turunkan suhu pada thermometer
sampai angka 35°c
-
Tentukkan letak bawah lidah
-
Letakkan termometer di bawah lidah
dan sejajar dengan gusi
-
Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5
menit
-
Angkat dan baca hasil (dalam membaca
luruskan dan sejajarkan dengan mata pembaca kemudian baca hasil dengan seksama
sebatas mana air raksa berhenti, catat hasil)
Ø
Pemeriksaan suhu melelui aksila
-
Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
-
Cuci tangan
-
Gunakan sarung tangan (handscond)
-
Mengatur posisi klien (duduk)
-
Turunkan suhu pada thermometer
sampai angka 35°c
-
Letakkan thermometer pada daerah
aksila kemudian suruh pasien menjepit sampai 3-5 menit.
-
Mencatat hasil
-
Bersihkan thermometer
Ø
Pemeriksaan suhu melalui rectal.
-
Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
-
Cuci tangan
-
Gunakan sarung tangan (handscond)
-
Atur posisi dengan menyuruh pasien
miring kiri
-
Turunkan suhu pada thermometer
sampai angka 0°c dan oleskan vaslin secukupnya
-
Turunkan pakaian pasien sampai
bagian gluteal dan tetap menjaga privacy pasien.
-
Letakkan telapak tangan pada sisi
gluteal pasien dan masukkan thermometer ke dalam rectal, suruh pasien menahan
sampai 3-5 menit dan usahakan jangan sampai berubah posisi.
-
Setelah selesai angkat thermometer
dan baca/catat hasil
-
Bersihkan thermometer
2. Pemeriksaan denyut nadi
Nilai denyut nadi merupakkan
indicator untuk menilai system kardiovaskuler, denyut nadi dapat diperiksa
dengan mudah menggunakan palpasi di atas arteri radialis ataupun nadi perifer
yang lain.
Nilai normal nadi adalah : 60-80
x/menit
Tujuan
-
Mengetahui denyut nadi (irama,
frekuensi, dan kekuatan pulsasi)
-
Menilai kemampuan fungsi
kardiovaskuler.
Alat dan bahan
-
Arloji /stop-watch
Prosedur pelaksanaan
-
Menjelaskan prosedur pada klien
-
Cuci tangan
-
Atur posisi klien dengan tidur
terlentang
-
Atur posisi tangan sejajar dengan
tubuh dan posisi supinasi.
-
Tentukkan posisi arteri radialis
yang akan di palpasi
-
Hitung denyut nadi dengan mempalpasi
arteri radialis dengan mencocokkan denyut pertama dengan jarum panjang pada
arloji.
-
Catat hasil pengukuran.
3. Pemeriksaan pernafasan
Nilai pemeriksaan pernafasan
merupakan salah satu indicator untuk mengetahui fungsi system pernafasan yang
didalamnya ada siklus pertukaran O2 dan CO2.
Tujuan
-
Mengetahui frekuensi, irama, dan
kedalaman pernafasan.
-
Menilai kemampuan fungsi pernafasan
Alat dan bahan
-
Arloji /stop-watch
Prosedur pelaksanaan
-
Menjelaskan prosedur pada klien
-
Cuci tangan
-
Atur posisi pasien dengan berbaring
-
Alihkan perhatian pasien dengan
menatap ke atas
-
Hitung frekuensi pernafasan
-
Dan catat hasil
4. Pemeriksaan tekanan darah
Nilai tekanan darah merupakan
indicator untuk menilai system kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan
nadi. Dalam pemeriksaan tekanan darah ada 2 metode yaitu: metode langsung dan
tak langsung.
Metode langsung yaitu:
memasukkan kanula atau jarum
langsung ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan ke manometer. Metode ini
adalah metode paling tepat dan akurat tetapi pasien tidak nyaman dan memerlukan
metode khusus.
Metode tidak langsung:
Adalah metode yang menggunakan
manset yang disambungkan ke sfigmanometer.
Mekanisme metode ini adalah dengan
mendengarkan bunyi koroktoff pada dinding arteri brakhialis dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi koroktoff sendiri adalah bunyi gelombang sel-sel
darah yang dikontrasikan (saat sistolik) oleh jantung dan mengenai dinding
arteri maka timbul bunyi “ dug..dug”
Tujuan
-
Mengetahui nilai tekanan darah
Persiapan Alat
-
Sfigmanometer air raksa atau jarum
-
Stetoskop
Prosedur pelaksanaan
-
Jelaskan prosedur pada pasien
-
Cuci tangan
-
Atur posisi pasien dengan tidur
terlentang
-
Atur tangan dengan posisi supinasi
-
Keataskan lengan baju
-
Pasang manset pada lengan atas, 3 cm
diatas fossa cubitti dan jangan pada lengan yang terpasang infuse.
-
Memasang manset jangan terlalu ketat
maupun longgar tetapi yang pas melekat pada lengan.
-
Pasang stetokop di bawah manset pas
diatas arteri brakialis untuk memudahkan auskultasi (atau boleh di luar manset)
-
Tentukkan denyut nadi radialis
-
Pompakan balon manset sampai nadi
radialis tidak teraba dan pompakan lagi kira-kira 20 mmHg setelah nadi tidak teraba.
-
Pasang stetoskop pada telinga sambil
memegang nadi radialis turunkan udara dalam manset sampai terdengar bunyi
koroktoff pertama dan pertama kali denyut nadi teraba ingat-ingat angka pada
tensimeter, itu adalah tekanan sisitolik, kemudian turunkan lagi sampai
bunyi tidak terdengar pertama kali itu adalah tekanan diastolic.
-
Catat hasil pengukuran dan
beritahukan kepada pasien, missal : sistolik 150 mmHg dan diastolic 100 mmHg
atau ditulis TD: 150/100 mmHg.
Langganan:
Postingan (Atom)