You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pages

Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

Adhe_Blazzerikers Rabu, 28 Maret 2012

Fisiologi Sistem Pencernaan

28 maret 2012

Fisiologi Sistem Pencernaan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.
Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel. Secara umum sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar, yaitu:
1. Motilitas
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Otot polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut tonus. Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar motilitas pencernaan:
  • Gerakan propulsif (mendorong) yaitu gerakan memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi yang dilaksanakan oleh setiap organ pencernaan.
  • Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, mencampur makanan dengan getah pencernaan. Kedua, mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.
2. Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus). Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf dan hormon sesuai.
3. Pencernaan
Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjad struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim. Manusia mengonsumsi tiga komponen makanan utama, yaitu:
  • Karbohidrat
Kebanyakan makanan yang kita makan adalah karbohidrat dalam bentuk polisakarida, misalnya tepung kanji , daging (glikogen), atau tumbuhan (selulosa) .Bentuk karbohidrat yang paling sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
  • Lemak
Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Protein akan diuraikan menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap dalam saluran pencernaan.
  • Protein
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigelsida. Produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak.
Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan menambahkan H2O di tempat ikatan, lalu enzim akan memutuskan ikatan tersebut sehinggan molekul-molekul kecil menjadi bebas.
4. Penyerapan
Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan molekul-molekul  dan vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan berhenti dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.
Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan panjang sekitar 30 kaki (9 m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh menuju ke anus. Pengaturan fungsi saluran pencernaan bersifat kompleks dan sinergistik. Terdapat empat faktor yang berperan dalam pengaturan fungsi pencernaan, yaitu:
  1. Fungsi otonom otot polos
  2. Pleksus saraf intrinsik
  3. Saraf ekstrinsik
  4. Hormon saluran pencernaan
Proses Pencernaan
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi (mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah (1) menggiling dan memecah makanan; (2) mencampur makanan dengan air liur; dan (3) merangsang papil pengecap. Ketika merangsang papil pengecap maka akan menimbulkan sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva terkandung protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi saliva dalam proses pencernaan adalah:
  1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase.
  2. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan adanya mukus sebagai pelumas.
  3. Memiliki efek antibakteri oleh lisozim.
  4. Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap.
  5. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies.
Selanjutnya adalah proses deglutition (menelan). Menelan dimulai ketika bolus di dorong oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan secara refleks akan mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam proses menelan. Tahap menelan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
  1. Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring.
  2. Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yang mendorong bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk mencapai ujung esofagus.
Selanjutnya, makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses motilita. Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung, yaitu:
  1. Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan lambung dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter
  2. Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung, makanan yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan secara bertahap akan disalurkan dari korpus ke antrum.
  3. Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan gerakan retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di antrum akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus.
  4. Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum menyebabkan juga gaya pendorong untuk mengosongkan lambung.
Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapa sekret lambung diantaranya:
  • HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. Fungsi HCL dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen menjadi pepsin dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan mikroorganisme dalam makanan.
  • Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalami penguraian oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk.
  • Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada mukosa lambung.
  • Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitamin B12 penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12 tidak dapat diserap.
  • Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yang mensekresikan gastrin.
Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan mengalirnya makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat dan mulai tejadi pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di lambung adalah etil alkohol dan aspirin.
Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat berlangsungnya pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu:
  1. Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzim-enzim pankreas. Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak.
  2. Jejenum (2,5 m/ 8 kaki)
  3. Ileum (3,6 m/12 kaki)
Proses motalitas yang terjadi di dalam usus halus mencakup:
  1. Segmentasi: merupakan proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Kontraksi segmental mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan ke depan karena frekuensi segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus. Kecepatan segmentasi di duodenum adalah 12 kontraksi/menit, sedangkan kecepatan segmentasi di ileum adalah 9 kontraksi/menit. Segmentasi lebih sering terjadi di bagian awal usus halus daripada di bagian akhir, maka lebih banyak kimus yang terdorong ke depan daripada ke belakang. Akibatnya, kimussecara perlahan bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama proses ini kimus mengalami proses maju mundur sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.
  2. Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka proses segmentasi akan berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan “menyapu” bersih usus diantara waktu makan.
Usus halus mensekresikan 1,5 liter larutan garam dan mukus cair yang disebut sukus enterikus ke dalam lumen yang fungsinya adalah (1) mukus menghasilkan proteksi dan limbrikasi; (2) sekresi encer ini menghasilkan H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara enzimatik. Proses pencernaan di usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas. Dalam keadaan normal, semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan air diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejenum.
Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses akan dikeluarkan oleh refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus internus (terdiri dari otot polos) untuk melemas dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi. Peregangan awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid defekasi biasanya dibantu oleh mengejan volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi tertutup sehingga meningkatkan tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran feses.

Adhe_Blazzerikers Minggu, 25 Maret 2012

Ada empat macam bentuk dada di mana keempat bentuk  ke empat bentuk dada ini berhubungan dengan gangguan pernapasan. Adapun keempat bentuk dada ini yaitu:

1. Barrel Chest (Dada Barel) : Bentuk dada yang menyerupai barel, hal itu terjadi karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Penyakit yang bermanifestasikan barrel chest ini misalnya asma berat dan PPOK (jenis emfisema). Umumnya di temukan di pria


2.  Funnel Chest (Dada Corong) : Bentuk dada ini terjadi ketika adanya gangguan (defek) perkembangan tulang paru yang menyebabkan depresi ujung bawah sternum (tulang tengah di dada). Pada bentuk dada seperti ini rentan terjadi penekanan jaringan terhadap jantung dan pembuluh darah besar, sehingga murmur (suara bising) pada jantung sering terjadi. Funnel chest dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets atau sindrom marfan.

3. Pigeon Chest (Dada Merpati) : Bentuk dada ini terjadi ketika ada pergeseran yang menyebabkan "lengkungan keluar" pada sternum dan tulang iga. Pada keadaan ini juga terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Pigeon chest dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets, sindrom marfan, atau kifoskoliosis berat.
  
4. Khyposcoliosis : Keadaan ini ditandai dengan elevasi skapula dan spina berbentuk huruf 'S' sesuai namanya yang terdiri dari kifosis (tulang belakang ke arah depan) dan skoliosis (ke arah samping). Kifoskoliosis yang berat dapat mengurangi kapasitas paru dan meningkatkan kerja pernapasan. Bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio(- mielitis) atau sebagai manifestasi dari sindrom marfan.
 


Adhe_Blazzerikers Jumat, 23 Maret 2012


Tingkat Kesadaran
( Macam-macam Tingkat Kesadaran )

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
  1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
  2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
  3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
  4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
  5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
  6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Mengukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon (unresponsiveness).

Adhe_Blazzerikers


Mengukur Tanda-tanda vital (vital sign)



PENGERTIAN
Pemeriksaan tanda vital adalah merupakan suatau cara untuk mendektesi adanya perubahan sistem tubuh.
Tanda vital meliputi : tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh.
Misal suhu tubuh meningkat berarti ada metabolisme yang terjadi dalam tubuh atau sebagai respon imun tehadap bakteri dan virus. atau jika denyut nadi meningkat maka pasti ada perubahan pada sisitem kardiovaskuler dan seterusnya.
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien saat dirawat. Tindakkan ini bukan hanya sekedar rutinitas perawat  tetapi merupakkan tindakkan pengawasan terhadap perubahan/gangguan  sistem tubuh selama dirawat. Pada prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan yang lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih ketat pada pasien dengan kegawat daruratan di banding dengan pasien yang tidak mengalami kegawat daruratan/kritis.

B.     PERSIAPAN ALAT SECARA UMUM
Alat-alat yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan:
1.      Sfigmomanometer (tensimeter)
-          Model air  raksa atau jarum

2.      Arloji (jam tangan)
3.      Thermometer (pengukur suhu).
4.      Stetoscop

C.    TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN TINDAKAN
-          Tahap memulai tindakkan dapat dimulai dari: Pengukuran suhu, Pemeriksaan denyut nadi, Pemeriksaan pernafasan, Pemeriksaan tekanan darah.

1.      Pengukuran suhu secara manual
§  Tujuan:
-          Pengukuran suhu tubuh untuk mengetahui rentang suhu tubuh tiap waktu pengkajian.
§  Persiapan alat:
-          Thermometer air raksa ( aksila, oral dan rectal)
-          Tissu kering
-          Bengkok
-          Vaselin (untuk pengkajian suhu rektal)
-          Botol disinfektan, ada 3 jenis bahan:
1)      Berisi larutan lisol 2%
2)      Berisi larutan sabun
3)      Berisi air bersih
§  Prosedur pelaksanaan:
Ø  Pemeriksaan suhu melalui oral
-       Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
-       Cuci tangan
-       Gunakan sarung tangan (handscond)
-       Mengatur posisi klien (duduk)
-       Turunkan suhu pada thermometer sampai angka 35°c
-       Tentukkan letak bawah lidah
-       Letakkan termometer di bawah lidah dan sejajar dengan gusi
-       Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit
-       Angkat dan baca hasil (dalam membaca luruskan dan sejajarkan dengan mata pembaca kemudian baca hasil dengan seksama sebatas mana air raksa berhenti, catat hasil)

Ø  Pemeriksaan suhu melelui aksila
-          Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
-          Cuci tangan
-          Gunakan sarung tangan (handscond)
-          Mengatur posisi klien (duduk)
-          Turunkan suhu pada thermometer sampai angka 35°c
-          Letakkan thermometer pada daerah aksila kemudian suruh pasien menjepit sampai 3-5 menit.
-          Mencatat hasil
-          Bersihkan thermometer

Ø  Pemeriksaan suhu melalui rectal.
-          Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
-          Cuci tangan
-          Gunakan sarung tangan (handscond)
-          Atur posisi dengan menyuruh pasien miring kiri
-          Turunkan suhu pada thermometer sampai angka 0°c dan oleskan vaslin secukupnya
-          Turunkan pakaian pasien sampai bagian gluteal  dan tetap menjaga privacy pasien.
-          Letakkan telapak tangan pada sisi gluteal pasien dan masukkan thermometer ke dalam rectal, suruh pasien menahan sampai 3-5 menit dan usahakan jangan sampai berubah posisi.
-          Setelah selesai angkat thermometer dan baca/catat hasil
-          Bersihkan thermometer


2.      Pemeriksaan denyut nadi
Nilai denyut nadi merupakkan indicator untuk menilai system kardiovaskuler, denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan palpasi di atas arteri radialis ataupun nadi perifer yang lain.
Nilai normal nadi adalah : 60-80 x/menit
Tujuan
-          Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan pulsasi)
-          Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler.
Alat dan bahan
-          Arloji /stop-watch
Prosedur pelaksanaan
-          Menjelaskan prosedur pada klien
-          Cuci tangan
-          Atur posisi klien dengan tidur terlentang
-          Atur posisi tangan sejajar dengan tubuh dan posisi supinasi.
-          Tentukkan posisi arteri radialis yang akan di palpasi
-          Hitung denyut nadi dengan mempalpasi arteri radialis dengan mencocokkan denyut pertama dengan jarum panjang pada arloji.
-          Catat hasil pengukuran.

3.      Pemeriksaan pernafasan
Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu indicator untuk mengetahui fungsi system pernafasan yang didalamnya ada siklus pertukaran O2 dan CO2.
Tujuan
-          Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.
-          Menilai kemampuan fungsi pernafasan
Alat dan bahan
-          Arloji /stop-watch
Prosedur pelaksanaan
-           Menjelaskan prosedur pada klien
-          Cuci tangan
-          Atur posisi pasien dengan berbaring
-          Alihkan perhatian pasien dengan menatap ke atas
-          Hitung  frekuensi pernafasan
-          Dan catat hasil

4.      Pemeriksaan tekanan darah
Nilai tekanan darah merupakan indicator untuk menilai system kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Dalam pemeriksaan tekanan darah ada 2 metode yaitu: metode langsung dan tak langsung.
Metode langsung yaitu:
memasukkan kanula atau jarum langsung ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan ke manometer. Metode ini adalah metode paling tepat dan akurat tetapi pasien tidak nyaman dan memerlukan metode khusus.
Metode tidak langsung:
Adalah metode yang menggunakan manset yang disambungkan ke sfigmanometer.
Mekanisme metode ini adalah dengan mendengarkan bunyi koroktoff  pada dinding arteri brakhialis dengan menggunakan stetoskop. Bunyi koroktoff sendiri adalah bunyi gelombang sel-sel darah yang dikontrasikan (saat sistolik) oleh jantung dan mengenai dinding arteri maka timbul bunyi “ dug..dug”

Tujuan
-          Mengetahui nilai tekanan darah

Persiapan Alat
-          Sfigmanometer air raksa atau jarum
-          Stetoskop
Prosedur pelaksanaan
-          Jelaskan prosedur pada pasien
-          Cuci tangan
-          Atur posisi pasien dengan tidur terlentang
-          Atur tangan dengan posisi supinasi
-          Keataskan lengan baju
-          Pasang manset pada lengan atas, 3 cm diatas  fossa cubitti dan jangan pada lengan yang terpasang infuse.
-          Memasang manset jangan terlalu ketat maupun longgar tetapi yang pas melekat pada lengan.
-          Pasang stetokop di bawah manset pas diatas arteri brakialis untuk memudahkan auskultasi (atau boleh di luar manset)
-          Tentukkan denyut nadi radialis
-          Pompakan balon manset sampai nadi radialis tidak teraba dan pompakan lagi kira-kira 20 mmHg setelah nadi tidak teraba.
-          Pasang stetoskop pada telinga sambil memegang nadi radialis turunkan udara dalam manset sampai terdengar bunyi koroktoff pertama dan pertama kali denyut nadi teraba ingat-ingat angka pada tensimeter, itu adalah tekanan sisitolik, kemudian  turunkan lagi sampai bunyi tidak terdengar pertama kali itu adalah tekanan diastolic.
-          Catat hasil pengukuran dan beritahukan kepada pasien, missal : sistolik 150 mmHg dan diastolic 100 mmHg atau ditulis TD: 150/100 mmHg.